Kisah benar.

*KISAH BENAR ARTIS INDONESIA YANG BELAJAR DI TURKI.*
*BUAT RENUNGAN KITA BERSAMA*

##22 bulan dahulu ada BLACKOUT kt IMIGRATION MALAYSIA##

*DULU MEREKA TUKANG SAPU, SEKARANG KAMI YANG MEREKA SAPU!!*

Aku berdiri di depan asrama berharap ada yang berbaik hati memberikan tumpangan percuma ke kampus. Alhamdulillah Allah kabulkan.

Sebuah kenderaan yang aku tak ingat apa modelnya, yang ku tahu kereta itu masih baru dan berbentuk mirip seperti Honda CRV, berhenti di hadapanku.

Hendak kemana? Jom ikut. Ajaknya ramah, dengan Bahasa Arab.
Hendak ke Jamiah?. Tanya ku balik.

Ya², jom! Naik cepat.
Aku terus naik. Aku duduk disisi kanannya. Dia mulai menekan pedal, lalu kenderaan pun semakin laju.
Apa kabar akhi? Sehat? Tanya lelaki berwajah Turki itu.

Alhamdulillah sehat. Awak apa kabar?
Sehat alhamdulillah, ohya dari Indonesia atau Malaysia?”.
Dari Indonesia. Awak dari mana?
Saya dari Turkistan, tau Turkistan? Turkistan itu dibawah China. Jelasnya.
Ooh ya. Masih Asia lagi kan. Bagaimana kehidupan di Turkistan? Tanyaku.
Akhi, kehidupan kami jadi begitu porak-poranda semenjak China masuk ke negara kami.

Sekarang saja passport saya tertulis China. Apa?? Kenapa begitu? Bukannya Turkistan negara sendiri?? Kenapa pasportnya China? Tanyaku hairan. Dia menarik nafas panjang seakan ada beban berat yang dia pikul.

Saya sudah 9 tahun tidak pulang ke Turkistan. Keluhnya.
Aik.. Kenapa?
Begini akhirnya, sekitar 60 tahun yang lalu, mereka orang-orang China datang baik-baik ke negara kami, bekerja, melancong, dll.

Dengan beredarnya waktu, pemerintahan kami lalai dan menganggap keberadaan mereka biasa saja. Padahal pergerakan mereka tersusun, diam tapi pasti, matlamatnya panjang.

Lalu jumlah mereka semakin banyak, banyak yang sudah mengambil warga negara Turkistan. Pemerintahan kami tetap tidak sedar. Dan akhirnya mereka (China) melakukan kudeta. Presiden kami mereka bunuh.

Pemerintahan jatuh ke tangan mereka. Pada saat kudeta itu, ratusan ribu pribumi pindah ke bermacam negara lain. Karena kekejaman kekuasaan China.

Dulu *MEREKA HANYALAH TUKANG SAPU, SEKARANG KAMI YANG MEREKA SAPU*.
Jelasnya panjang.
Lalu bagaimana kehidupan disana? Tanyaku balik.
Disana semuanya serba ketat.

Kenapa saya sudah 9 tahun tidak balik ke Turkistan?! Karena mereka melarang siapapun pergi belajar ke negara Islam. Ketika buat pasport mereka mensyaratkan tidak boleh pergi ke Negara Islam, seperti Saudi dan Turki.

Akhirnya saya cakap bahwa saya mahu belajar ke Jepun, dari Jepun saya ke Saudi. Mereka berikan izin. Oleh itu jika saya kembali ke Turkistan, lalu mereka lihat di passport tertulis negara Islam.

Saya akan dipenjara lebih kurang 10 tahun. Dan di Turkistan sekarang ini, setiap hari orang-orang China datang ke Turkistan, beribu orang.

Mereka diberikan tempat tinggal, diberi pekerjaan dan kemudahan. Sedangkan orang orang pribumi, disekat bahkan diusir. Terangnya dengan raut muka yang begitu sedih.

Kenderaan kami masih lancar di jalan raya, dengan kecepatan 90-100 km/jam. Sudah setengah jarak yang kami lalui untuk sampai ke kampus.

Jadi bagaimana kehidupan muslim disana? Tanyaku kerisauan.
Solat dilarang, azan dilarang. Bertudung kalau warna hitam akan dirobek ditempat itu juga. Janggut dilarang. Setiap beberapa meter ada pemeriksaan.

Handphone diperiksa, jika ada tulisan Allah atau ayat Quran maka boleh ditangkap dan dipenjara. Tidak boleh mengucapkan kata jihad. Kalau bertamu harus diberitahu dulu. Kalau tidak tuan rumah akan dipenjara 10 tahun. Beli pisau agak besar dilarang.” Sesalnya.

Seperti banyak hal yang susah dia ungkapkan. “Selama 9 tahun kalau waktu cuti saya pergi ke Turki, istri orang Turki.” Lanjutnya.
Aku boleh bayangkan bagaimana kehidupan mereka. Berat, terkurung, terjajah.

“Ya Allah! Jaga negaraku tercinta. Jaga Indonesia. Dan negara muslimin.” Doaku dalam hati.
“Sekarang di Indonesia, mereka (China), semakin banyak saat ini. Masuk di bidang ekonomi.

Bahkan sudah masuk pemerintahan.” Fikirku, aku mulai khawatir dengan keadaan negaraku saat ini. Kenderaan kami sudah hampir tiba di kampus.

“Wah.. akhi! Jangan sampai kamu semua tertidur atau lalai sedikitpun.

Jangan sampai pemerintah kamu menganggap mudah hal ini. Keberadaan mereka amat bahaya sekali. Mereka seperti tiada perikemanusiaan. Sombong..!!!” Tegasnya.

Kenderaan kami tiba di kampus. Dan akhirnya aku mengucapkan terima kasih atas tumpangannya.

Na’udzubillah….
Tsumma na’udzubillah…

kalau tidak percaya coba kamu google negara turkistan, akan ada banyak maklumat di sana.

Semoga bermanfaat…

*JANGAN BIARKN ANAK2 DAN CUCU2 KITA TERPAKSA HIDUP MENUMPANG DI NEGARA SENDIRI. PEGANG DAN JAGALAH AMANAH YG DI WASIATKN OLEH DATUK NENEK KITA DAHULU*